Dalam beberapa dekade terakhir Indonesia memang tidak pernah mendulang prestasi cemerlang dalam dunia Sepakbola, tetapi setidaknya sebelum pertandingan melawan Bahrain (29/02/2012) Indonesia tidak pernah menelan kekalahan telak apalagi sampai dengan 10 goal tanpa balas.
Hasil pertandingan melawan Bahrain pada laga kualifikasi FIFA World Cup 2014 Brazil Rabu malam memang sangat membuat masyarakat kecewa. Hasil pertandingan tersebut sangat membuat masyarakat, terutama pecinta Sepakbola merasa terpukul dan malu. Indonesia sebagai sebuah Negara yang kental dengan atmosfer Sepakbola ternyata harus menjadi bulan-bulanan Timnas Bahrain dengan 10 goal tanpa 1 goal pun yang bisa disarangkan ke gawang lawan.
Ini adalah prestasi terburuk Indonesia, ini merupakan wacana paling suram bagi persepakbolaan di Indonesia. Kekalahan 0-10 dari Bahrain benar-benar membuat banyak pihak marah dan kesal dengan kinerja kepemimpinan PSSI yang selama ini dinilai hanya memburu kepentingan perorangan dan kelompok. Bermacam kejanggalan terus dimunculkan oleh kepemimpinan PSSI saat ini yang diketuai oleh Djohar Arifin. Mulai dari dualisme, membuat kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan statuta FIFA, membuat keputusan sepihak dan seterusnya.
Kepemimpinan PSSI yang ada sekarang jauh dari ekspektasi masyarakat yang selama ini berharap akan adanya revolusi Sepakbola di Indonesia. Mereka (PSSI) justru menyimpang jauh dari apa yang semestinya mereka kerjakan. Mereka bukan membangun Sepakbola Indonesia, mereka justru memperparah potret suram Sepakbola Indonesia yang semestinya butuh perubahan. Mereka sama sekali tidak memiliki kredibilitas sebagai pimpinan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk membuat Sepakbola Indonesia selangkah mengalami perubahan, yang bisa mereka lakukan hanya membantu Indonesia menjadi semakin porak poranda.
Mengapa Indonesia menjadi tempat berkumpulnya para pemimpin biadap. Satu bajingan disingkirkan, muncul bajingan berikutnya. Hilang Nurdin Khalid, muncul Djohar Arifin. Nurdin Khalid dengan gaya ditaktornya, si Djohar dengan tampang gobloknya. Sulitnya mencari sosok pemimpian yang baik di Negeri ini!
Hasil pertandingan melawan Bahrain pada laga kualifikasi FIFA World Cup 2014 Brazil Rabu malam memang sangat membuat masyarakat kecewa. Hasil pertandingan tersebut sangat membuat masyarakat, terutama pecinta Sepakbola merasa terpukul dan malu. Indonesia sebagai sebuah Negara yang kental dengan atmosfer Sepakbola ternyata harus menjadi bulan-bulanan Timnas Bahrain dengan 10 goal tanpa 1 goal pun yang bisa disarangkan ke gawang lawan.
Ini adalah prestasi terburuk Indonesia, ini merupakan wacana paling suram bagi persepakbolaan di Indonesia. Kekalahan 0-10 dari Bahrain benar-benar membuat banyak pihak marah dan kesal dengan kinerja kepemimpinan PSSI yang selama ini dinilai hanya memburu kepentingan perorangan dan kelompok. Bermacam kejanggalan terus dimunculkan oleh kepemimpinan PSSI saat ini yang diketuai oleh Djohar Arifin. Mulai dari dualisme, membuat kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan statuta FIFA, membuat keputusan sepihak dan seterusnya.
Kepemimpinan PSSI yang ada sekarang jauh dari ekspektasi masyarakat yang selama ini berharap akan adanya revolusi Sepakbola di Indonesia. Mereka (PSSI) justru menyimpang jauh dari apa yang semestinya mereka kerjakan. Mereka bukan membangun Sepakbola Indonesia, mereka justru memperparah potret suram Sepakbola Indonesia yang semestinya butuh perubahan. Mereka sama sekali tidak memiliki kredibilitas sebagai pimpinan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk membuat Sepakbola Indonesia selangkah mengalami perubahan, yang bisa mereka lakukan hanya membantu Indonesia menjadi semakin porak poranda.
Mengapa Indonesia menjadi tempat berkumpulnya para pemimpin biadap. Satu bajingan disingkirkan, muncul bajingan berikutnya. Hilang Nurdin Khalid, muncul Djohar Arifin. Nurdin Khalid dengan gaya ditaktornya, si Djohar dengan tampang gobloknya. Sulitnya mencari sosok pemimpian yang baik di Negeri ini!