Diuraikan oleh Mat Iskan, di lahan seluas setengah hektar itu ditanamai sekitar empat ribu bibit buah melon. Dengan masa tanam hingga panen sekitar 60 hari, kata Mat Iskan, bahkan sebelum dipanen sudah ada pembeli dari Jakarta yang siap menampung berapapun panennya.
Memang dibutuhkan sedikit kerja keras untuk merawat melon ini. Terutama terkait suplai air yang terbatas. Untuk mengakali kurangnya air, kami menggunakan selang untuk mengangkut air dari sumbernya kemudian ditampung di tempat pemyimpanan di dekat kebun melon. Namun Alhamdulillah kerja keras itu membawa hasil. Kami tidak kesulitan dengan pemasaran karena sudah langsung ada yang membeli dari Jakarta, “ ujarnya.
Ditambahkannya, ada dua jenis buah melon yang ditanamnya. Yakni jenis red aroma yang buahnya yang berwarna merah dan jenis excellent yang buahnya berwarna putih. Untuk yang berwarna merah dihargai Rp 5 ribu perkilogram dan yang putih dihargai Rp 4 ribu perkilogram.
Panen kali ini diperkirakan akan menghasilkan 8 ton buah melon. Dengan biaya tanam hingga panen yang sebesar Rp 13 juta, panen nanti Mat Iskan memeperkirakan bisa menghasilkan sekitar Rp 40 juta. “Di sekitar lahan yang kami Tanami ini masih banyak lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Semoga dengan panen perdana ini bisa menginspirasi pemilik lahan yang lain, “ katanya.
Amar sendiri merasa gembira ternyata di Lamongan bisa panen buah melon. Itu, kata dia, menunjukkan bahwa petani-petani Lamongan ulet dalam berusaha. Karena diperlukan berbagai usaha agar tanaman melon bisa berkembang dengan baik di Lamongan yang panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar